
Pada tanggal 23 April 2025, seluruh guru SMK Mitra Industri MM2100 berkesempatan mengikuti kegiatan bertajuk “Memperluas Wawasan Terkait Deep Learning bersama Pak Wikan Sakarinto”. Acara ini menjadi momen penting bagi para pendidik untuk memperkaya pemahaman tentang pendekatan pembelajaran yang lebih mendalam dan bermakna bagi siswa.
Dalam pemaparannya, Bapak Wikan Sakarinto menekankan bahwa konsep deep learning tidak sekadar menuntut siswa untuk menghafal materi, melainkan mendorong pemahaman yang lebih dalam dan bermakna. Pendekatan ini bertujuan untuk membentuk lulusan yang memiliki Profil Pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; mandiri; mampu bergotong royong; berkebhinekaan global; bernalar kritis; serta kreatif.
Bapak Wikan juga menekankan pentingnya prinsip mindful, meaningful, and joyful learning dalam proses pembelajaran. Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan tidak hanya memahami materi secara lebih esensial, tetapi juga merasa terhubung dengan apa yang mereka pelajari dan menikmatinya. Menurut beliau, guru perlu memilih materi-materi yang paling penting, kemudian mengajarkannya dengan cara yang mendalam, bukan sekadar permukaan.
Selain itu, disampaikan pula bagaimana setiap mata pelajaran di SMK dapat mendukung konsep Teaching Factory (Tefa), baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai contoh, mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat berkontribusi langsung dengan melatih siswa dalam keterampilan berkomunikasi, yang sangat dibutuhkan saat melayani pelanggan di dunia industri. Sementara itu, mata pelajaran Sejarah dapat mendukung Tefa secara tidak langsung dengan mengasah kemampuan critical thinking siswa melalui diskusi dan analisis terhadap peristiwa-peristiwa sejarah nasional.
Bapak Wikan mengingatkan bahwa fondasi utama pembelajaran Tefa adalah mata pelajaran normatif dan adaptif (normada), seperti Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika. Mata pelajaran-mata pelajaran ini menjadi dasar penting yang membentuk karakter dan kompetensi dasar siswa sebelum mereka terjun ke dunia industri.
Mengakhiri sesi, beliau menegaskan bahwa deep learning bukanlah sebuah kurikulum baru seperti Kurikulum Merdeka (Kurmer), melainkan sebuah pendekatan (approach) dalam mengajar. Dengan pemahaman yang benar terhadap deep learning, guru diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang mendorong siswa untuk tumbuh menjadi pembelajar sejati yang siap menghadapi tantangan global.

